MENJEMPUT KEBERKAHAN ILMU

MENJEMPUT KEBERKAHAN ILMU

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT. dan Shalawat dan salamnya selalu tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW, semoga kelak kita termasuk umatnya yang husnul khotimah. Amin.

Pimpinan & Alumni
Pada hari selasa, 7 safar 1443/14 September 2021 kami disambangi oleh guru-guru kami, beliau adalah TGH. Abdul Karim Abdul Ghofur beserta Ummi dan  TGH. Musleh Kholil, S.Ip, M.H. beserta Ummi dan rombongan lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat kami. 

Murid dan Guru ibaratnya antara anak dan orang tua baik di pesantren ataupun sekolah umum lainnya yang seharusnya terus kita dahulukan adanya adab murid terhadap guru, dimana murid sangat membutuhkan kehadiran guru sebagai orang yang memiliki pengetahuan lebih dan mampu mengajarkannya diberbagai bidang keilmuan kepadanya. walaupun sekecil apapun yang diajarkan, seseorang  tetaplah guru yang harus dihargai dan dihormati jasa-jasanya sebagaimana dalam kita ta'lim; "seseorang yang pernah mengajari kita satu hurufpun ia adalah guru kita". Komunikasi dan interaksi yang terjalin antara murid dan guru haruslah disertai dengan adab sebagai rasa hormat yang tinggi kepada sang guru. Bentuk penghormatan baik dalam lisan maupun perilaku harus selalu kita diterapkan dan kita tingkatkan dan bahkan menjadi kewajiban bagi setiap murid. Dimana seorang guru memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat. Esensi dari menuntut ilmu tidak lain adalah mencari keberkahan dari Allah SWT melalui guru. Karena itu, jika sebagai murid tidak memiliki rasa tunduk dan hormat, keberkahan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik. Begitu pun dengan proses ketika mencari ilmu yang jika salah tidak jarang menemukan kesulitan-kesulitan dalalm menuntutnya. Semoga kita mendapatkan berkah dan dilancarkan oleh Allah SWT di setiap urusan kita, Amin. 

Pada kesempatan yang mulia itu beliau menyampaikan beberapa pesan diantaranya; 

PERTAMA, Beliau mengutip salah satu syair yang tidak jarang kita dengar, 

ألا ليت الشباب يعود يوما......فأخبره بما فعل المشيب

ولى الشباب فما له من عودة...أتى المشيب فأين منه المهرب

Andai masa muda bisa kembali lagi, pasti aku beritahu mereka apa yg aku alami di masa tuaku.

tapi masa muda telah berpaling dariku, dan masa tua datang gerangan kemanakah aku akan lari.

Begitulah kira-kira terjemahnya, beliau menekankan bagimana di waktu yang masih muda atau zaman emas kita seperti ini agar lebih memanfaatkan waktu untuk meningkatkan diri dalam segala bidang ilmu terlebih dalam ilmu agama, jangan terlena dengan kenikmatan sesaat hingga lupa apa yang mestinya di prioritaskan, karena ia akan menetukan seperti apa nasib kita kedepan agar tidak menyesal dikemudian kemudian hari, agar jangan sampai kita termasuk orang-orang yang merugi. Maka kesadaraan itulah yang  mestinya kita hadirkan dalam kehidupan kita saat sekarang  ini, karena tidak lain memberikan pengaruh positi terhadap pola pikir dan tindakan kita dimasa yang akan mendatang, ingat hari ini adalah hari esok, jika hari ini buruk maka buruk pula kedepannya dan sebaliknya baik pula yang akan kita tuai. Maka siapkanlah masa depanmu hari ini, detik ini jangan tunda waktumu, karena kesempatan tidak akan datang untuk kedua kalinya. 

BACA JUGA INI

KEDUA, Niat dalam Menuntut ilmu harus senantiasa kita luruskan, karena ia menjadi pondasi awal, menjadi penentu arah. Begitu pula dengan kebersihan hati harus senantiasa kita jaga dengan baik. Beliau juga mengutip kata ulama dan memberikan perumpamaan dengan dua mangkok yang bersih dan satunya lagi mangkok yang masih kotor, ketika kita mebawa dua mangkok ini kesalah satu penjual madu maka yang paling dahulu diisi tentunya mangkok yang bersih tadi dibandingkan dengan mangkok yang masih kotor karena dengan sendirinya kita diminta untuk membersihkannya terlebih dahulu, maka dari ilustrasi tersebut memiliki kaitan yang sangat cocok dengan kita, jika kita pada saat sekarang ini dalam proses pencarian ilmu maka yang pertama kali kita jaga adalah kebersihan hati itu sendiri, sebab hati yang bersih akan mudah menerima ilmu, hati yang bersih akan tentram, mudah diatur dan banyak lagi kelebihannya dibandingkan hati yang masih kotor tadi, karena Ilmu itu adalah nur (cahaya) maka yang ia akan sampai pada orang yang dengan cahaya itu sendiri, yaitu hati dan bersih yang siap untuk menerima kebaikan dari siapapun. Semoga Allah SWT memberikan kepada beliau-beliau sehat wal afiayat, umur yang panjang, dimudahkan segala urusannya dan mendapat ridho serta rahmat dariNya. Amin

Maka pada akhirnya dari pesan  singkat guru-guru kita ini, mari kita kembali mengintrofeksi diri, bertanya pada diri kita, merenungi setiap kegiatan harian kita, apakah kita sudah sampai pada pesan-pesan itu? Sudah mendekatikah pada harapan-harapan itu? Atau justru kita belum sampai sama sekali, jawabannya ada pada diri kita masing-masing, yang tau segala halnya kita pribadi. Ingat keberkahan ilmu itu kita yang ciptakan dan sebaliknya kitapula yang mendatangkan ketidak berkahannya, jemputlah ia (keberkahan ilmu) sebelum terlambat karena ia masih setia menunggumu wahai para penuntut ilmu. 

Waallahu a'lam. 

5 komentar :

Reader's Comments