Pena kita
Semangat Guruku
*قَدْ اِحْتَفَلَ المُجَاهِدُوْنَ مِنَ الجُمْهُوْر*
Para pejuang dari banyak kalangan telah berkumpul.
*لِأَنْ يَقْتَبِسُوْا حِكْمَةَ مُرَبِّيْهِمُ الوَقُوْر*
Untuk mempelajari hikmah dari guru mereka yang bijak.
*فَاتَّخَذَ المُنْقِذُ بِإِقَامَةِ الحَقِّ المَأْثُوْر*
Kemudian, ia, sang penyelamat, mendirikan kebenaran yang sudah tertulis turun menurun.
*فَآنَ الأَوَانُ لِإِيْفَاءِ عَزْمِ الأُمُوُر*
Sekaranglah waktunya untuk memenuhi hal-hal yang perlu diutamakan.
*قَلْبُهُ قَلِيْلٌ كَمَا كَانَ لِعِبَادِ الشَّكُوْر*
Hatinya langka seperti milik hamba-hamba tuhan yang maha pembakas budi.
*قَدْ اِلْتَزَمَ شَيْخَنَا أَعْوَامَ الدُّهُوْر*
Guru kita telah teguh dalam mendidik selama bertahun-tahun.
*بِالاِسْتِقَامَةِ فِيْ تَعْلِيْمِ المَيْسُوْر*
Dengan istiqamah dalam mengajarkan hal-hal yang mudah difahami muridnya.
*لِرِعَايَةِ مَعْهَدِهِ مِنَ الفُجُوْر*
Untuk menjaga pondoknya dari segala kerusakan.
*لاَ يَسْتَعْصِي لِأَيِّ الغُرُوْر*
Ia tidak terlena pada godaan dan kepentingan apapun .
*امْتَنَعَ مِنْ آفَةٍ بِالصَّدْرِ الصَّبُوْر*
Ia menghindari setiap penyakit hati dengan hati yang lapang dan sabar.
*وَلَا يَسْأَلُ مِنَ النَّاسِ الأُجُوْر*
Dan tidak meminta balasan dari manusia.
*لِحِمَايَةِ العِلْمِ وَمَعْهَدِهِ المَبْرُوْر*
Demi menjaga pondoknya yang terhormat.
*لَمّا آذَنَ النَّاسَ الحَقَّ وَالنُّوْر*
Ketika ia mengumandankan kebenaran dan cahaya.
*فَحَسَدَ لِمَا أُكْرِمَ غَيْظُ الشُّرُوْر*
Maka kemarahan senantiasa dengki akan apa yang dikaruniakan kepadanya.
*فَاعْتَدَتْ عَلَى المُكَرَّمِ أَنْوَاعُ الفُجُوْر*
Ia yang mulia kemudian dimusuhi oleh barbagai macam kemaksiatan.
*أَخَذَتْ يُصَارِعُ العِمَادَ شِدَّةَ المَعْسُوْر*
Ia yang mulia kemudian dimusuhi oleh barbagai macam kemaksiatan.
*فَقَاوَمَهُ بِالتَّقْوَى وَالعَطْفِ الصَّبُوْر*
Maka ia menantangnya dengan taqwa dan jiwa yang sabar.
*وَآيَاتِ المَحَبَّةِ فِيْ العَشِيِّ وَالبُكُوْرِ*
Dan dengan ayat-ayat cinta di waktu petang dan juga subuh.
*وَعَامَلَهَا بِخُلُقٍ شَرِيْفٍ غَيْرَ مَجْبُوْر*
Dan dengan ayat-ayat cinta di waktu petang dan juga subuh.
*فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ لَهُمْ عِنْدَ السَّحُوْر*
Dan dengan ayat-ayat cinta di waktu petang dan juga subuh.
*قَدْ مَرَّ بِنَا اليَوْمُ كُلَّ المُرُوْر*
Tahun demi tahun pun silih berganti.
*وَرَقَّ عَلَيْنَا عَطِيْفُ الشُّعُوْر*
Hati kita merasakan kesedihan yang mendalam.
*عِنْدَمَا نَتَذَكَّرُ بِعِزَّةِ المَغْفُوْر*
Jika kita teringat dengan kemuliatan guru kita yang diampuni Allah.
*وَهُوَ وَدَعَنَا إِلَى رَحْمَةِ الغَفُوْر*
Ia telah meninggalkan kita menuju tuhan yang maha pengampun.
*فَإِنَّهُ لِمَا تَرَكَهُ فَضْلٌ مَوْفُوْر*
Sesungguhnta apapun yang ia tinggalkan memiliki karunia yang sangat banyak.
*خَالِصَةٌ ثَوَابِتُهُ مِنَ الفُتُوْر*
Nilai-nilainya suci dari kelesuan.
* مُصَدِّقًا لِمَا اعْتَرَضَ عَنِ الزُّوْر*
Sebagai jawaban atas pengabdian yang ia lakukan yang tulus tanpa kebohongan.
*دَاوَمُوْا الحُسْنَى حَتَّى يَمَسَّهُ القُبُوْر*
Ia terus menerus melakukan kebaikan hingga ia disentuh oleh liang lahat.
*لَنْ يَنْقَرِضَ خَيْرُهُ مِنَ الصُّدُوْر*
Kebaikannya tidak akan hilang dari dalam hati.
*بَلْ تَبْقَى ضَوْءُ الشَّمْسِ يَثُوْر*
Akan tetapi sinar matahari akan terus bergairah.ئ
*وَإنَّ نِيْرَانَ الجِهَادِ لَنْ تَبُوْر*
Dan sesungguhnya api perjuangan tidak akan pernah dirugikan.
*وَنُصِرُّ عَلَى مَا فَعَلَ الغُبُوْر*
Dan kita akan meneruskan kebaikan apa yang telah diperbuat pendahulu kita.
*وَلَنِعمْ العَبْدُ مَنْ أَوْرَثَ الخَيْرَ بَيْنَ الغَرُوْر*
Dan sebaik-baiknya manusia ia yang mewariskan kebaikan diantara fenomena-fenomena dunia yang menipu.
*فَمَا أُوْتِيَ مِنْ بَعْدِهِ إِلَّا السُّرُوْر*
Karena ia tidak akan mendapatkan apapun setelahnya kecuali kebaikan.
*فَعَسَى أَلَّا نَكُوْنَ مِنْ قَوْمٍ بُوْر*
Semoga kita tidak termasuk dalam golongan yang binasa.
*يَدْعُوْن عِنْدَئِذٍ إِنَّا لَفِيْ الثَّبُوْر*
Mereka berteriak pada saat itu sesungguhnya “kami dalam kehancuran”
*الفقير إلى علم الكبير*
*ذكر الدين الحامي*
DARI KITA UNTUK KITA
Enam Bekal Wajib Bagi penuntut Ilmu (Imam Syafii)
Teringat ketika belajar dan mengajar adek-adek dipesantren beberapa tahun yang lalu, salah satu kitab yang tidak asing di beberapa pesantren baik salaf maupun modern, dan buku itu juga pernah menjadi rujukan pribadi ketika nenyelesaikan tugas akhir buku itu berisiskan tentang pendidikan dan adab di lingkungan pondok ialah kitab Ta’lim al-Muta’allim karya Syekh Imam azzarnuji
Kitab tersebut berisi banyak nadzam (syair dan doa) tentang bagaimana seseorang dapat menuntut ilmu dengan diiringi adab. Salah satu bunyi petikan nadzam kitab tersebut yakni:
أَخي لن تنال العِلم إِلّا بِسِتّة سَأُنبيك عن تَفصيلها ببَيانِ ذَكاء وَحِرص واجتِهاد وَبُلغَة وَصُحبَة أُستاذ وَطولُ زَمان
Yang artinya: Syarat mendapatkan ilmu itu ada enam. (Yakni) cerdas (sehat akal), rakus yaitu rakus dalam menyerap ilmu-ilmu, bersungguh-sungguh, cukupnya modal (harta, kemampuan, dan usaha yang keras), guru yang mengajarkan, dan waktu yang lama.
Di dalam dunia pendidikan, keenam elemen diatas wajib dimiliki para pelajar. agar segala ilmu yang dipelajari santri tidak hanya ilmu instan yang dikhawatirkan berujung pada keangkuhan akan ilmunya dan merasa sudah paling bisa dalam segalanya.
Pada kesempatan kali ini pribadi sedikit menggaris bawahi kaitannya dengan bahwasanya salah satu dari enam eleman diatas menuntut ilmu harus dengan bulghoh(harta yang cukup, uang, bekal dll)
Bekal di sini berkaitan dengan harta yang akan dikeluarkan oleh para pencari ilmu. Pada zaman dahulu para ulama rela mengorbankan harta benda dalam mencari ilmu. Bahkan ada yang menjual bajunya. Bahkan Imam Malik menjual atap rumahnya yang dari kayu.
Sedikit cerita dari bertukar cerita kami berkaiatan yang tidak jauh dari prihal pengorbanan dalam menuntut ilmu yaitu akan produktif dalam mengelola beasiswa dari pemerintah yang pada intinya beasiswa itu tidak serta merta dalam pemakaiannya kita jadikan ia sebagai hadiah untuk diri sendiri karena sudah berjuang melawan diri sendiri dalam tantangan belajar, disaat yang sama bisa dipakai untuk menyisihkan kebutuhan atau hal-hal yang tidak terduga kaitannya dengan musibah dan lain sebagainnya, maka adapun biaya atau bekal yang murni dari diri kita akan terus tersalurkan dan kita sisihkan untuk ilmu itu sendiri hingga harta dan kecukupan kita akan jauh lebih berkah karena di anggarkan dalam rangka menghidupkan ilmu-ilmu ulama kita untuk kelangsungan pendidikan, maka bagi kami ini adalah suatu pola pikir yang harus berlajut dan dikembangkan dikemudian hari dari generasi ke generasi.
Pada akhirnya kita mempunyai motivasi tersendiri dalam meningkatkan diri baik dari akademik maupun non akademik, menganggap segalanya adalah bagian dari proses menemukan jati diri untuk kebaikan bersama kita nanti.
Semoga bermanfaat wallahu'alam.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Leave A Comment...