Al ummu madrosatul uula

PEREMPUAN MENCARI ILMU || Akbar bin Muhammad bin Aqil 

“Jika kamu mendidik satu laki-laki, maka kamu mendidik satu orang. Namun, jika kamu mendidik satu perempuan, maka kamu mendidik satu generasi.” (Moh. Hatta)

Beberapa waktu yang lalu seorang mahasiswa sebuah kampus swasta kota Malang mendatangi penulis. Dia hendak melakukan wawancara sebagai tugas dari dosennya. Wawancara itu berkaitan tentang Konstruksi Pemikiran Etnis Arab Tentang Pendidikan Perempuan: Studi Kasus Etnis Arab Di Embong Arab Malang.

Beragam pertanyaan pun meluncur. Si mahasiwa menyampaikan pertanyaan seputar bagaimana pandangan komunitas etnis Arab tentang pendidikan anak perempuan? Apa yang anda ketahui tentang pendidikan untuk anak perempuan? Bagaimana pandangan agama (Islam) tentang pendidikan anak perempuan (sesuai pengetahuan anda)? Pentingkah pendidikan untuk anak perempuan? Adakah orang tua mendorong terhadap pendidikan anak perempuan?

Menjawab pertanyaan demi pertanyaan ini, penulis memberikan beberapa jawaban berdasarkan apa yang penulis ketahui dari pandangan para ulama, salah satunya yang pernah disampaikan oleh Habib Segaf Hasan Baharun. Dalam bukunya Fiqih Muslimah (99 Tanya-Jawab Masalah yang sering Dihadapi Kaum Wanita), Ustad Segaf pernah merespon pertanyaan seorang ibu rumah tangga yang ingin hadir majelis taklim namun dilarang oleh suaminya.

Jawaban Habib Segaf, “Perlu diketahui, majelis taklim (tempat mencari ilmu) adalah sebab utama bahkan syarat yang pokok untuk menjadi seorang istri dan wanita shalihah. Seharusnya, suami merasa bangga mempunyai istri seperti ibu yang mau menghadiri majelis taklim akan tetapi tanpa mengurangi hak suami di rumah.”

Lebih lanjut kata Habib Segaf, “Di zaman globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali wanita yang sudah lepas kendali dan keluar dari jalur syari`at, disebabkan mereka enggan untuk mencari dan menimba ilmu agama di majelis taklim. Mereka buta akan konsep kebahagiaan yang digariskan syari`at demi mendapatkan kebahagiaan di dunia mau pun di akhirat. Kesemuanya tercantum dan terkandung dalam syari`at Islam, yang selalu diajarkan di majelis taklim-majelis taklim. Nabi SAW bersabda:

يُلْهَمُهُ السُّعَدَاءُ وَيُحْرَمُهُ الْأَشْقِيَاءُ

“Ilmu tidak diilhamkan (diberikan) kecuali bagi mereka yang sudah dicatatnya sebagai orang-orang yang bahagia dan tidak akan diharamkan ilmu itu kecuali kepada mereka yang dicatatnya sebagai orang sengsara.” (HR. Ibnu Abdil Baar).

Diskriminasi dalam Mencari Ilmu?

Kita bersyukur kepada Allah SWT sebab saat ini sudah tumbuh kesadaran tentang pentingnya pendidikan tanpa memandang jenis kelamin, baik laki-laki mau pun perempuan.

Berdasarkan keyakinan kita sebagai Muslim, mencari ilmu merupakan kewajiban yang berlaku tanpa pandang bulu. “Mencari ilmu itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan,” sabda Nabi SAW suatu kali. 

Pada suatu hari, ada seorang wanita datang kepada Nabi dan berkata, “Wahai Rasulullah, kaum laki-laki telah menyita banyak waktumu. Karenanya, tetapkan satu waktu yang engkau tetapkan untuk kami. Di satu waktu itulah kami akan mendatangimu lalu engkau ajarkan kepada kami ilmu yang telah Allah ajarkan kepadamu.”

Mendapat permintaan seperti itu, Nabi menjawab, “Berkumpullah kalian pada hari ini dan ini dan di tempat ini.” Sesuai kesepakatan bersama, para wanita berkumpul untuk mendapatkan ilmu yang diajarkan oleh Nabi SAW. Beliau mendatangi tempat berkumpulnya kaum wanita guna mengajarkan ilmu. (HR. Bukhari-Muslim).

Kalangan wanita dari kaum Anshar tak mau kalah. Mereka sangat antusias mencari ilmu, hingga mereka dipuji oleh Sayidah Aisyah, “Sebaik-baik wanita adalah wanita dari kaum Anshar. Rasa malu tidak menghalangi mereka untuk mendalami ilmu agama.” (HR. Muslim).

Sejarah mengungkapkan bahwa ulama juga datang dari kalangan wanita, salah satunya istri Nabi bernama Aisyah. Namanya sering kita sebut dalam berbagai riwayat hadits. Aisyah dapat kita sebut sebagai sebaik-baik teladan bagi kaum wanita dalam mencari ilmu. Az-Zuhri pernah mengatakan, “Andai ilmu Aisyah RA itu dikumpulkan lalu dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu yang dimiliki Aisyah itu lebih unggul.”

Tidak mungkin kaum muslimah zaman now ini bisa mengetahui seluk-beluk kehidupan rumah tangga kalau, salah satunya, karena jasa Ibunda Aisyah RA. Berbagai riwayat tentang kehidupan rumah tangga, kehidupan dunia wanita, bersumber dari beliau, bukan? Dari mana beliau mendapatkan pengetahuan itu? Tentu dari belajar kepada Rasulullah SAW.

“Jika Rasulullah, misalnya, mengatakan bahwa wanita tidak usah belajar dan yang penting bisa masak dan yang lainnya, tentu Sayyidah Aisyah tidak diperbolehkan oleh Nabi untuk mengambil riwayat dari beliau yang kemudian disampaikan kepada kita sampai sekarang ini,” begitu jawaban penulis ketika ditanya oleh mahasiswa tadi soal bagaimana pandangan agama (Islam) tentang pendidikan anak perempuan?

Oleh karena itu, kiranya tidak bijak jika muncul larangan dan hambatan untuk menghalangi kaum muslimah belajar dan mencari ilmu, sesuai koridor syari’at. Islam justru memotivasi dan datang ke muka bumi untuk mengangkat derajat kaum perempuan. Tentu sangat penting seorang perempuan untuk tetap belajar karena belajar itu kewajiban tiap muslim. Kita sebagai orang tua itu nanti akan dimintai jawaban tentang apa yang sudah kita berikan kepada anak-anak kita.

Bagaimana bisa seorang perempuan akan menjadi sosok solihah kalau kita sebagai orang tua tidak membekali yang bersangkutan dengan ilmu. Padahal, ketika kelak ia berumah tangga, ia membutuhkan ilmu.  Kualitas seorang istri yang berilmu dengan yang tidak tentu sangat berbeda. Bagi seorang muslimah, seharusnya belajar tidak untuk kebaikan dirinya semata. Ilmu yang telah dipelajari oleh seorang muslimah dan seorang ibu akan berguna bagi anak-anaknya kelak dan membawa manfaat untuk generasi penerus umat. Sebagaimana pepatah arab yang asing menyebutkan, 

الأُمُّ مَدْرَسَةٌ إِذَا أَعْدَدْتَهَا أَعْدَدْتَ شَعْبًا طَيِّبَ الأَعْرَاقِ

"Seorang ibu tak ubahnya bagai sekolah. Bila kita menyiapkan sekolah itu dengan baik, berarti kita telah menyiapkan suatu bangsa dengan generasi emas.” waallu'alam


Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Leave A Comment...